Sekitar Poker - Karena Ahok, keriuhan kembali terjadi di negeri ini. Hal ini mungkin terjadi karena Ahok terlalu berbahaya bagi orang-orang yang merasa kepentingannya terusik dengan hadirnya Ahok di posisi penting.
Ingin Tolak Ahok, Ekonom Justru Menguatkan Alasan Ahok Dibutuhkan BUMN
Hal itu mungkin karena rekam jejak yang sudah ditorehkan oleh Ahok dalam sejarah. Sejarah sepak terjangnya dalam menjaga anggaran, efiesiensi dan menerapkan sistem transparansi yang menjadi kekuatan untuk mencegah kongkalikong dan potensi korupsi yang merugikan negara dan berimbas pada rakyat.
Ahok yang hendak ditempatkan pada posisi penting di salah satu BUMN pun banyak ditolak dengan berbagai alasan yang terkesan dibuat-buat.
Ada yang menyinggung masalah status Ahok sebagai mantan napi karena kasus penistaan agama yang hingga kini masih menjadi perdebatan.
Ada juga yang mempertanyakan kemampuan Ahok, misalnya Rizal Ramli, mantan Menteri yang kerjanya kurang bagus sehingga diberhentikan oleh Jokowi sebelum masa jabatannya selesai.
Orang yang mengaku ekonom bernama Indef Bhima Yudhistira pun ikut serta memberi komentar dan meragukan potensi Ahok membenahi masalah yang ada di BUMN yang dianggapnya rumit.
Baca juga :
"Pertama ada permasalahan tata kelola BUMN berkaitan dengan tidak nyambungnya utang BUMN dan laba BUMN. Ini warisan dari Menteri BUMN sebelumnya. Dalam 5 tahun terlahir utang BUMN naik 60%. Sementara laba naik hanya 29%," kata Bhima seperti dilansir detik.com.
"Artinya utang yang dipupuk BUMN untuk bangun infrastruktur dan proyek sana-sini nggak korelasi dengan profit," tambahnya.
"Garuda itu bukan masalah oknum, itu bukan oknum. Ada upaya sistematis untuk mengangkat yang namanya rugi jadi laba, disulap hanya dengan 1 triwulan. OJK mengatakan tu fraud. Apakah sosok Pak Ahok bisa menangani masalah itu?" tuturnya.
"Dengan tantangan yang begitu berat, pertanyaan saya memang tidak ada orang lain yang mumpuni. Memang kita kehabisan orang yang ahli tanpa harus ribut-ribut seperti ini? Menurut saya non sense, nol besar," ucapnya.
Bhima pun menyinggun sesorang yang dianggap pintar dan berpengalaman di bidang migas pun tidak bisa membenahi hal tersebut. Orang tersebut bernama Dwi Sutjipto.
"Apalagi ini orang baru yang lebih banyak pengalaman di pemerintah daerah. Industri migas ini nggak sepele," tutupnya.
Untuk masalah yang pertama terkait laba, bagaimana BUMN bisa mendapatkan kenaikan laba yang besar jika antar sesama BUMN pun bertikai, saling merebutkan asset? .
Belum lagi, anak-anak, cucu hingga cicit dari BUMN serupa yang dianggap tak berfaedah dan justru menimbulkan permasalahan dan membebani karena kerugian.
Lalu terkait Garuda, yang dianggap bukanlah permainan oknum saja, tetapi ada upaya sistematis terkait pelaporan rugi jadi laba.
Apa yang disampaikan oleh Ekonom tersebut sangat masuk akal dimana masalah di BUMN begitu pelik, tetapi maksud hati menyampaikan hal tersebut untuk menjatuhkan atau menolak Ahok justru salah, karena yang kita lihat, bukan orang pandai yang dibutuhkan untuk memperbaiki hal tersebut, tetapi orang yang bisa dipercaya, bersih dan berani menghadapi para mafia yang bermain begitu kentara dalam BUMN.
Secara rekam jejak, sudah tepat Erick Thohir yang tentu saja dengan persetujuan Jokowi merekrut Ahok, karena sudah jelas hanya Ahok yang bisa membuat geger karena keberaniannya membuat segala sesuatunya transparansi.
Berkat transparasi, meskipun gaduh, semua bisa menilai untuk perbaikan.
Borok para mafia pun terkuak yang pada akhirnya, Ahok pun memiliki keberanian berkat dukungan publik untuk melawan para mafia yang ditenggarai berada di segala lini negeri ini.
Soal tekanan, rekam jejak pun sudah membuktikan, bahwa Ahok sudah terbiasa mengalami tekanan dari berbagai pihak yang bekepentingan. Bahkan demo, cacian dan ancaman pembunuhan pun sepertinya Ahok sudah biasa.
Saat ini, kebijaksanaan Ahok seharusnya sudah bertambah. Bijaksana disini adalah dalam hal menanggapi sebuah isu dan dalam membuat pernyataan, meskipun kita rindu Ahok yang ceplas-ceplos.
Ahok saat ini sudah seperti bisa menahan diri dan banyak belajar dari ‘Mako Brimob’ terkait bagaimana harus bersikap di tengah-tengah masyarakat kita yang masih mudah diprovokasi dan dalam fase ‘gumunan’.
Baca juga :
Ini bukan masalah Ahoker dan bukan Ahoker, tetapi demi perbaikan untuk lebih baik. Saya ingat teman saya yang mengatakan suka dengan kinerja Ahok tetapi tak suka dengan mulut Ahok.
Saat ini, Ahok sudah lebih bijaksana dalam membuat pernyataan, seharusnya orang-orang yang dulu tak suka pun harusnya mendukung Ahok. Udah ah, itu aja… Cak Anton
Ingin Tolak Ahok, Ekonom Justru Menguatkan Alasan Ahok Dibutuhkan BUMN
Ingin Tolak Ahok, Ekonom Justru Menguatkan Alasan Ahok Dibutuhkan BUMN
Hal itu mungkin karena rekam jejak yang sudah ditorehkan oleh Ahok dalam sejarah. Sejarah sepak terjangnya dalam menjaga anggaran, efiesiensi dan menerapkan sistem transparansi yang menjadi kekuatan untuk mencegah kongkalikong dan potensi korupsi yang merugikan negara dan berimbas pada rakyat.Ahok yang hendak ditempatkan pada posisi penting di salah satu BUMN pun banyak ditolak dengan berbagai alasan yang terkesan dibuat-buat.
Ada yang menyinggung masalah status Ahok sebagai mantan napi karena kasus penistaan agama yang hingga kini masih menjadi perdebatan.
Ada juga yang mempertanyakan kemampuan Ahok, misalnya Rizal Ramli, mantan Menteri yang kerjanya kurang bagus sehingga diberhentikan oleh Jokowi sebelum masa jabatannya selesai.
Orang yang mengaku ekonom bernama Indef Bhima Yudhistira pun ikut serta memberi komentar dan meragukan potensi Ahok membenahi masalah yang ada di BUMN yang dianggapnya rumit.
Baca juga :
- Berselancar di Badai Isu Ahok, Erick Sapu Bersih Dan Gebrak BUMN
- Menteri Jokowi Harus Belajar Strategi Sapu Bersih Ala Erick Thohir
"Pertama ada permasalahan tata kelola BUMN berkaitan dengan tidak nyambungnya utang BUMN dan laba BUMN. Ini warisan dari Menteri BUMN sebelumnya. Dalam 5 tahun terlahir utang BUMN naik 60%. Sementara laba naik hanya 29%," kata Bhima seperti dilansir detik.com.
"Artinya utang yang dipupuk BUMN untuk bangun infrastruktur dan proyek sana-sini nggak korelasi dengan profit," tambahnya.
"Garuda itu bukan masalah oknum, itu bukan oknum. Ada upaya sistematis untuk mengangkat yang namanya rugi jadi laba, disulap hanya dengan 1 triwulan. OJK mengatakan tu fraud. Apakah sosok Pak Ahok bisa menangani masalah itu?" tuturnya.
"Dengan tantangan yang begitu berat, pertanyaan saya memang tidak ada orang lain yang mumpuni. Memang kita kehabisan orang yang ahli tanpa harus ribut-ribut seperti ini? Menurut saya non sense, nol besar," ucapnya.
Bhima pun menyinggun sesorang yang dianggap pintar dan berpengalaman di bidang migas pun tidak bisa membenahi hal tersebut. Orang tersebut bernama Dwi Sutjipto.
"Apalagi ini orang baru yang lebih banyak pengalaman di pemerintah daerah. Industri migas ini nggak sepele," tutupnya.
Untuk masalah yang pertama terkait laba, bagaimana BUMN bisa mendapatkan kenaikan laba yang besar jika antar sesama BUMN pun bertikai, saling merebutkan asset? .
Belum lagi, anak-anak, cucu hingga cicit dari BUMN serupa yang dianggap tak berfaedah dan justru menimbulkan permasalahan dan membebani karena kerugian.
Lalu terkait Garuda, yang dianggap bukanlah permainan oknum saja, tetapi ada upaya sistematis terkait pelaporan rugi jadi laba.
Apa yang disampaikan oleh Ekonom tersebut sangat masuk akal dimana masalah di BUMN begitu pelik, tetapi maksud hati menyampaikan hal tersebut untuk menjatuhkan atau menolak Ahok justru salah, karena yang kita lihat, bukan orang pandai yang dibutuhkan untuk memperbaiki hal tersebut, tetapi orang yang bisa dipercaya, bersih dan berani menghadapi para mafia yang bermain begitu kentara dalam BUMN.
Secara rekam jejak, sudah tepat Erick Thohir yang tentu saja dengan persetujuan Jokowi merekrut Ahok, karena sudah jelas hanya Ahok yang bisa membuat geger karena keberaniannya membuat segala sesuatunya transparansi.
Berkat transparasi, meskipun gaduh, semua bisa menilai untuk perbaikan.
Borok para mafia pun terkuak yang pada akhirnya, Ahok pun memiliki keberanian berkat dukungan publik untuk melawan para mafia yang ditenggarai berada di segala lini negeri ini.
Soal tekanan, rekam jejak pun sudah membuktikan, bahwa Ahok sudah terbiasa mengalami tekanan dari berbagai pihak yang bekepentingan. Bahkan demo, cacian dan ancaman pembunuhan pun sepertinya Ahok sudah biasa.
Saat ini, kebijaksanaan Ahok seharusnya sudah bertambah. Bijaksana disini adalah dalam hal menanggapi sebuah isu dan dalam membuat pernyataan, meskipun kita rindu Ahok yang ceplas-ceplos.
Ahok saat ini sudah seperti bisa menahan diri dan banyak belajar dari ‘Mako Brimob’ terkait bagaimana harus bersikap di tengah-tengah masyarakat kita yang masih mudah diprovokasi dan dalam fase ‘gumunan’.
Baca juga :
Ini bukan masalah Ahoker dan bukan Ahoker, tetapi demi perbaikan untuk lebih baik. Saya ingat teman saya yang mengatakan suka dengan kinerja Ahok tetapi tak suka dengan mulut Ahok.
Saat ini, Ahok sudah lebih bijaksana dalam membuat pernyataan, seharusnya orang-orang yang dulu tak suka pun harusnya mendukung Ahok. Udah ah, itu aja… Cak Anton
EmoticonEmoticon